STIE IBMT REBORN “Mensarjanakan Pemuda Jawa Timur Terjangkau dan Berkelas Internasional”
Dalam rangka turut bersumbangsih terhadap kemajuan pembangunanan nasional melalui penyiapan generasi pemuda dengan gelar sarjana dengan kualitas internasional maka STIE IBMT melalui yayasan baru akan memperkenalkan program “Mensarjanakan Pemuda Jawa Timur Terjangkau dan Berkelas Internasional” pada hari Jum’at 13 Juli 2018 pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB yang bertempat di International Room STIE IBMT Surabaya.
Adapun serangkaian acara yang diselenggarakan antara lain acara serah terima dari yayasan lama kepada yayasan baru sebagai perwujudan dari Launching STIE IBMT Surabaya Reborn. Kemudian juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) STIE IBMT Surabaya bersama Asosiasi Pedagang Kaki Lima (APKLI) Jawa Timur, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jawa Timur, Barisan Muda Kosgoro dan Perusahaan Mitra. Serta juga terdapat kegiatan terdapat orasi kebangsaan bersama para tokoh-tokoh antara lain :
Anggota DPR RI Komisi X, Ir. Ridwan Hisjam,
Ketua Badan Narkotika Nasional Jawa Timur,
Ketua Dewan Pembina STIE IBMT Surabaya Dr. Ilyas Indra,
Ketua KNPI Jatim, Ahmad Fajar Ridwan Hisjam,
Tokoh Muda Jatim, Abraham Sridjaja,
Wakil Ketua Umum Barisan Muda Kosgoro, Doni Isman,
Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima (APKLI) Jawa Timur yang diwakili wakil ketua Bapak Bapak Ali Machsun.
Entrepreneur Muda, Hendra Thie, dan Ketua STIE IBMT Surabaya, Imam Wijoyo, S.E.,M.M. Acara yang dihadiri para civitas Academica STIE IBMT Surabaya seperti karyawan, dosen dan mahasiswa STIE IBMT. Selain pada kegiatan tersebut juga diliput oleh wartawan dari Media Massa seperti Anggota Komisi VII DPR RI Mercury Radio, Radio ElShinta, Berita Jatim.com, Antara News, Harian Surabaya Pagi, Surabaya TV, dan SBO TV.
Masya yang mewakili Barisan Muda Kosgoro dalam sambutannya mengungkapkan : mendukung secara penuh program-program di STIE IBMT, selain itu beliau mengungkapkan bahwa bahwa di dalam menuntut ilmu tidak akan sia-sia jika diterapkan dengan sungguh—ungguh. Di dalam menuntut ilmu, tidak perlu dengan biaya tinggi untuk menuntut ilmu.
Hendra Thie selaku entrepreneur muda yang juga duduk di yayasan Nusa Abdiguna mengungkapkan bahwa Indonesia beberapa tahun ke depan akan mengalami bonus demografi, dimana jika terjadinya bonus demografi tidak ditangani dg serius, akan jadi bencana. Dengan teknologi, demografi bisa ditekan. Dimana anak muda jika tidak diajari ttg jualan, akan diganti dg mesin. Anak-anak muda harus dibantu berbisnis. kedua penjualan. penjualan dibantu manajemen. Saat ini sistem untuk keuangan sudah banyak diganti dengan software, dimana posisi orang-orang level middle sudah banyak terhapus tinggal posisi top manajemen. Akan tetapi dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi, profesi yg tidak bisa digantikan adalah posisi penjual.
APKLI yang diwakili oleh wakil ketua Bapak Ali Machsun dalam sambutannya mengungkapkan bahwa apapun perkembangan teknologi depan harus tetap bertitik tolak pada pembukaan Undang-Undang Dsar (UUD) 1945, karena kemajuan apapun tidak boleh merusak tentang landasan dasar lahirnya Indonesia. Persoalan mendasar yang terjadi pada negara Indonesia bukan hanya kualtias Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah, akan tetapi juga kesenjangan dan ketidak adilan yang semakin mendalam. Berdasarkan Data statisik bahwa dui Indonesia ada 59,6jt pelaku UKM atau 98% dari pelaku usaha, namun hany memutar 20% dari seluruh perputaran ekonomi, artinya kondisi ini harus diseimbangkan. AKPLI mempunyai semangat membantu para pengusaha UKM. Berharap untuk IBMT agar dapat membantu para pengusaha tentang hukum lahan. Juga tentang permodalan. Dan kendala ketiga terjerat sistem ijin. Jika STIE IBMT mempunyai skema pembiayaan untuk rekayasa pendidkan S1 dan S2,diharapkan untuk bisa segera direalsikan. agar dapat mencetak generasi ke 2 dan 3 pedagang kaki lima untuk bisa semakin berkembang. terakhir, diharapkan untuk mendongkrak kapasitas ekonomi republik indonesia. Stie ibmt bukan sekedar mencetak sarjana internasional, akan tetapi untuk memupuk rasa nasionalisme. manajemen keuangan dan pelayanan sederhana, sudah cukup untuk para pengusaha kaki lima. Harus mempunyai karakter yang kuat untuk membangun bangsa, negara dan rakyat indonesia.
Bapak Dr Soeherman selaku Rektor universitas attahiliyah jakarta mengungkapkan Berpikir tentang tema acara. Sejak tahun 95, sudah berbicara tentang tema itu, cuman bukan Jatim, tapi di lokasi Jabar/DKI. Ada tema besar saat itu, bagaimana punya program : “Paksa Sarjana”. Waktu itu mengelola Perguruan Tinggi di bidang pendidkan, jadi bagaimana guru-guru waktu itu bisa jadi sarjana. Puncaknya saat jadi UUD guru dan dosen tahun 2005. Karena dulu sebagian besar guru dan dosen termasuk profesi yang langka. Tapi guru dan dosen juga menjadi sebagian besar dalam biang ekonomi. Golongan 1, tidak punya waktu untuk kuliah. Golongan 2, dalam ekonomi / finansial yg kurang beruntung. 2 kelompok itu menjadi sasaran agar bisa melanjukan pendidkan di perguruan tinggi. dengan sistem pembayaran iuran yg terjangkau tanpa menguranngi kualitas. shg setiap elemen bisa mempunyai akses untuk masuk dalam dunia pendidikan. sarjana bukan pola pikir saja, tapi juga pola hati. Sebagian besar pendidikan di indo, terserat hanya teori-teori. maka sekarang harus diarahkan ke arah praktik (vokasi) di lapangan. Implementasi bisnis sdh banyak dilakukan, namun teorinya kurang. Selembar ijazah, untuk meningkatkan taraf finansial. banyak guru2 yg masih mendpaat penghasilan jauh dari umk. maka jika untuk meningkatkan itu, harus mempunyai kualifikasi bertaraf setara dengan sarjana. ditambah pembelajaran melalui online. sangat memungkinan di jatim utk dilakuan pembelajaran online, karena di papua saja sudah bisa.
Bapak Ridwan Hisjam selaku Anggota Komisi VII DPR RI.
Tema yang diberikan ke saya adalah “Mensarjanakan Pemuda Jatim yang Berkualitas dan Terjangkau”. Dari tema ini, setidaknya ada dua istilah kunci yaitu Sarjana dan Pemuda. Oleh karena itu, terlebih dahulu saya ingin sedikit mengurai kedua istilah tersebut. Pertama, yaitu Sarjana. Dalam UU Sisdiknas dan UU Pendidikan Tinggi tidak disebutkan secara spesifik mengenai definisi sarjana. Namun dalam UU Pendidikan Tinggi Pasal 18 dijelaskan bahwa Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran ilmiah. Adapun yang dimaksud dengan pemuda sesuai UU No.40 Tahun 2009 adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Masih merujuk kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012,Tentang Pendidikan Tinggi, saya ingin menyampaikan pasal 4 dan pasal 5 yang menjelaskan mengenai fungsi dan tujuan Pendidikan Tinggi, yaitu:
Pendidikan Tinggi berfungsi:
a. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
b. mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif,
terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma
c. mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.
Pendidikan Tinggi bertujuan:
a. berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya
untuk kepentingan bangsa;
b. dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan
peningkatan daya saing bangsa;
c. dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi
kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat
manusia; dan
d. terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan
karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mensarjanakan pemuda, tema yang diusung pagi ini untuk konteks Jawa Timur sejatinya bukanlah suatu tema perlu diangkat lagi karena tantangan saat ini bukan sekedar mensarjanakan tapi bagaimana membuat atau menjadikan sarjana berdaya dan memahami tantangan serta mampu melewati/menguasai tantangan tersebut.
Dalam konteks pendidikan dan tantangan pendidikan hari ini antara
lain mengenai Revolusi Industri 4.0 atau industri 4.0. Revolusi ini merupakan revolusi industri ke-4, yang ditandai dengan Sistem Cyber-physical. Sebelumnya sudah ada revolusi industri kesatu, kedua dan ketiga, yaitu:
Revolusi Industri ke-1 terjadi pada akhir abad ke-18 yang ditandai dengan pengenalan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap, dimana pada tahun 1784 ditemukan alat tenun mekanis pertama.
Revolusi Industri ke-2 terjadi pada akhir Abad ke-19/awal abad ke-20
yang ditandai dengan pengenalan produksi masal berdasarkan pembagian
kerja, dimana pada tahun 1870 ada lini produksi pertama rumah potong
hewan.
Revolusi Industri ke-3 terjadi pada awal tahun 1970 yang ditandai
dengan penggunaan elektronik dan TI untuk otomatisasi produksi.
Saat ini kita telah memasuki Revolusi Industri 4.0. dimana terjadi suatu
kondisi dinamik dan revolusioner adanya konektivitas manusia, mesin dan
data yang dapat mempengaruhi berbagai sektor industri, pembangunan,
kemajuan suatu bangsa dan juga mempengaruhi secara revolusioner
kehidupan manusia.
Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum -WEF) memandang
setidaknya terdapat delapan isu kunci terkait Revolusi Industry 4.0, yaitu
1)disrupsi atau gangguan dalam pekerjaan; 2)inovasi dan daya produksi;
3)ketimpangan; 4)cerdas kelola; 5)keamanan dan konflik; 6)disrupsi bisnis; 7)kepaduan teknologi; 8) isu etnis dan identitas1. Dari delapan isu ini, Jawa Timur sebagai salah satu provinsi yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak perlu secara cermat dan cepat dalam menyikapinya, termasuk bagaimana STIE IBMT merespon tantangan ini. Memasuki Revolusi Industri 4.0 Pemerintah telah menyiapkan empat strategi untuk mengimplementasikannya, yaitu: Pertama, mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk memahami penggunaan teknologi internet of things atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri. Upayanya antara lain menginisiasi pelaksanaan pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri. Kedua, pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart IKM. “Program e-smart IKM ini merupakan upaya juga memperluas pasar dalam rantai nilai dunia dan menghadapi era Industry 4.0. Ketiga, meminta kepada industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality. Sistem Industry 4.0 ini akan memberikan keuntungan bagi industri, misalnya menaikkan efisiensi dan mengurangi biaya sekitar 12-15 persen.
Keempat, inovasi teknologi melalui pengembangan start up dengan
memfasilitasi tempat inkubasi bisnis2.
Lalu bagaimana dengan pemuda Jawa Timur dan STIE IBMT
menjawab tantangan dan dinamika ini. Dalam konteks ini, Sarjana tentu
penting bagi pemuda, namun yang lebih penting lagi bagaimana kompetensi kesarjanaannya itu sesuai dengan kebutuhan saat ini. Perguruan Tinggi seperti STIE IBMT perlu merespon hal ini. Revolusi Industri 4.0 dan pendidikan tinggi, sangat erat terkait dengan proses
globalisasi. Chief Executive Officer (CEO) Siemens AG, Joe Kaeser, dalam
artikelnya di World Economic Forum (WEF) menyebutkan Revolusi ndustri 4.0 sebagai perubahan peradaban manusia terbesar kendati saat ini prosesnya masih dalam tahap awal. Oleh karena itu revolusi tersebut agar dapat diarahkan dengan benar oleh semua pihak sehingga proses igitalisasi yang terjadi mampu memberikan kebaikan. salah asuhan atau alah mengarahakan Revolusi Industri 4.0 dapat membagi masyarakat menjadi mereka yang menang dan mereka yang kalah. Kerusuhan sosial an anarki menjadi mungkin terjadi karena luruhnya perekat yang selama ini menyatukan masyarakat dan komunitas. Itulah sebabnya, mengapa evolusi Industri 4.0 bukan hanya tentang teknologi dan bisnis semata, ini juga menyangkut masyarakat
.
Revolusi Indutri 4.0 telah hadir di depan mata dan memaksa kita untuk
segera memahami dan beradaptasi dengannya. Perguruan Tinggi
merupakan lembaga paling strategis menjadi garda depan untuk bisa
menerima,mengelola dan mengimplementasikannya. Sampai disini, lahir
pertanyaan bagaimana kesiapan perguruan tinggi di Indonesia dalam
menyambut ‘tamu’ yang sudah ada di depan rumah yang bernama Revolusi
Industri 4.0. yang ditandai meningkatnya konektivitas, interaksi, dan batas
antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen
melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Dari sisi pendidikan, pendidikan nasional khususnya jenjang
Pendidikan Tinggi di Indonesia saat ini masih mengedepankan pendidikan
berbasis kompetensi dan profesional, yang antara lain diindikasikan
dari beberapa hal sebagai berikut; dari sisi ekonomi pertanian masih menekankan bahan baku industri dasar, dari sisi ekonomi industri masih
menekankan pengelolaan manufacture, dari sisi ekonomi informasi masih
menekankan konten telekomunikasi. Dalam kerangka Revolusi Industri 4.0, perguruan tinggi perlu mengedepankan pendidikan berbasis keunggulan antara lain dengan menekankan kepada ekonomi kreatif melalui riset dan pengembangan teknologi, dan menekankan Mindset Ekonomi melalui membangun jaringan dan menangkap aspirasi global. Oleh karena itu, dalam konteks ini Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia perlu untuk melakukan Redesain Kurikulum
Pendidikan Nasional untuk mendukung strategi Indonesia menyambut
Revolusi Industri 4.0, misalnya dengan Pendidikan berbasis Science, Technology, Engineering, Art and Math (STEAM). Selain itu, perlu juga
dilakukan penyelarasan program riset nasional. Berdasarkan hal ini, maka perguruan tinggi memiliki beban yang cukup besar untuk terus menerus
melakukan dan meningkatkan risetnya yang disesuaikan dengan tuntutan
dan kebutuhan Revolusi Industri 4.0. Pemerintah, melalui Kementerian Perindustrian RI telah menetapkan 10 prioritas nasional untuk Making Indonesia 4.0 (suatu strategi Indoensia memasuki Revolusi Industri 4.0.), yaitu: perbaikan alur aliran material, mendesain ulang zona industri, akomodasi standar Sustainability, pemberdayaan UMKM, membangun infrastruktur digital nasional, menarik investasi asing, peningkatan kualitas SDM, pembentukan ekosistem inovasi, menerapkan insentif investasi teknologi, dan harmonisasi aturan dan kebijakan. Dari 10 prioritas nasional ini, perguruan tinggi lebih dapat berperan pada aspek peningkatan kualitas SDM, pembentukan ekosistem inovasi. Jika emperhatikan STIE IBMT, maka tentu saja harus disesuaikan dengan prodi-prodi yang ada. Akan tetapi, hal yang lebih penting dari itu
semua, harus dipastikan bahwa SDM di intern STIE IBMT telah siap terhadap segala perubahan-perubahan, khususnya dalam menerima Revolusi Industri 4.0.